Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Februari 2013

Gerimis Untuk Pelangi- Kepingan 2

Bismillah..

CERPEN: GERIMIS UNTUK PELANGI- Kepingan 2

cerpen ini sambungan dari cerita sebelumnya, nah bagi sahabat yang belum baca, silakan baca yaa Gerimis Untuk Pelangi- Kepingan 1, :)
 - - - - - - -

“Aaang, ini ada yang nyariin kamu!” teriak seorang anak memanggil temannya dengan terengah.

Aku hanya bisa tersenyum melihatnya dari kejauhan, ku berjalan mendekati anak yang ku cari.

“Ini punyamu dek...” sembari memberikan payung warna warni miliknya. Aku tersadar ketika tadi akan beranjak pulang, ternyata payung itu tepat di kakiku, mungkin karena terlalu bahagia sehingga payungnya tertinggal dan dia berlari membeli makan.

“kakak.. makasih ya..” tetiba dia mengambil payungnya dan memelukku.

“Iya, sama-sama dek, lain kali jangan ditinggal lagi ya payungnya” Ada rasa haru detik itu, aku mengusap kepalanya.

“Oh iya, kalau boleh tau siapa namamu?” tanyaku penasaran

“Namaku Pelangi Dewi, panggil aja Angi, nama kakak siapa?” jawabnya dengan penuh keceriaan. 
Aku merasa seperti sudah dekat, sapaannya memang hangat, senang bisa dipertemukan dengannya.

“Panggil saja kak Ami. Hmmm.. hari sudah sore, kakak pulang duluan ya, kalian juga segera pulang, nanti orang tua kalian mencari kalian”.
Aku tergesa-gesa karena melihat jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 17.28 WIB, tidak terasa ternyata aku memperhatikannya begitu lama, dari awal dia mendapatkan tamparan sampai detik ini aku mengenalnya, waktu berlari cepat.

“Iya kak Ami, hati-hati kak.. nanti kalau kesini lagi, Angi antar lagi deh pakai payung ini” pipinya memerah dengan senyuman khasnya.

Senjapun tiba, gerimis tidak menentu, terkadang datang begitu lama namun seketika hilang tak ada setetespun air yang terlihat.

Gerimis pergi, Lembayung menyaksikan perpisahan kami.
Aku pulang dengan kisah baru dari perjuangan mereka. Angi dan teman-temannya.

.- - - - - - .
Hari ini aku kembali menunggu angkot di tempat kemarin, berharap bisa bertemu Angi dan teman-temannya. 1 jam berlalu, tidak ada sedikitpun tanda-tanda kehadiran mereka, teriakan mereka. Nihil.

“Hmm.. mungkinkah karena hari ini begitu panas menyengat? tidak terlihat air yang jatuh dari langit, sehingga merekapun bersembunyi di tempat berteduhnya?” Bisikku penuh tanya dalam hati.

Pulangku dengan kecewa, tanpa senyuman mereka.

.- - - - - - .

Sudah hampir satu minggu cuaca disini begitu panas, gerimis hanya menyapa sebentar, kemudian berlalu dan menghilang. Begitupun Angi dan teman-temannya, mereka hanya menyapaku sebentar pada hari dimana kami bertemu untuk pertama kali kemudian berlalu dan menghilang, tidak ada kabar sampai sekarang.

“Geger, Ditemukan Ikan Raksasa di Sungai Cimanuk! Bapak, Ibu, Teteh, Akang, Korannya, koran!!”. Teriak anak kecil penjual koran.

“Dek, temannya Angi kan? Kemana ya Angi? Perasaan sudah hampir satu minggu tidak terlihat.”
Dio, itulah nama anak penjual koran. Dia menceritakan semuanya mengenai Angi. Aku hanya terpaku mendengarnya. 

“Antarkan kakak kesana ya Dio...” Bujukku agar dia bisa mengantarkanku.

Lumayan jauh dari tempatku bertemu Dio tadi, akhirnya aku sampai pada bangunan cukup besar. Bangunan yang dipenuhi orang-orang yang berikhtiar, ikhtiar untuk kesembuhan mereka.

Aku berdiri di depan Rumah Sakit. Angi dirawat disini hampir 4 hari, dia sakit Tifus. Salmonella typhi itu telah menyapanya sudah lama, jauh sebelum dia dirawat disini. Tak dirasai tak diobati, namun senyum dan kerja kerasnya cukup untuk menemani hari-harinya.


Seketika air berjatuhan dari langit membasahi tanah Kota Intan, bak air yang hilangkan dahaga. Gerimis turun begitu lama. semesta tersenyum.

“Gerimis ini untukmu, Angi...”

Syafakillah, semoga lekas sembuh.”

Mi, Grt-24 Feb 13

InsyaAlloh bersambung :D, nanti kepingan-kepingan ini dikumpulkan untuk menjadi sebuah kisah utuh dari Gerimis Untuk Pelangi.

Hatur Nuhun Parantos maos carita pondok ieu, mugia mangpaat nya :D

Penasaran? Yuk Baca Selengkapnya..

Senin, 18 Februari 2013

Gerimis Untuk Pelangi - Kepingan 1

Bismillah...

Cerpen: GERIMIS UNTUK PELANGI

- - - - - - - - - - - - - - -

PLAK!
"ANAK BODOH, AKU GA BUTUH PAYUNG! PERGI SANA!"

Teriakan dan tamparan keras membangunkanku dari lamunan. Semua mata tertuju pada seorang Ibu yang dengan sengaja menampar anak yang menawarkan ojeg payung. Tidak ada yang berani menegur, Ibu itu marah kepada siapa saja yang melihatnya. Anak kecil tersebut  berlari sampai tidak terlihat sedikitpun bayangannya. Hilang entah kemana.

“Apa yang kalian lihat Hah?” teriakannya semakin geram dengan pandangan mata yang tajam.

Berlalu, dan semua memalingkan pandangan darinya. Bukan takut, hanya ingin menjauhi konflik.

“Astaghfirulloh, teganya ibu itu menampar anak kecil disudut sana.” Aku hanya terdiam.

Rintik gerimis masih menemaniku disini. Hampir satu jam terduduk di ramainya orang-orang yang sedang mencari nafkah. Tidak biasanya harus menunggu angkot selama ini.

“Kak, kak,” Sapa seorang anak kecil sambil memegang tasku

Terkaget, pikiranku buyar. Aku memandang lebih dekat. Terbayang seorang yang penuh kepedihan. Anak ini yang ditampar ibu tadi.

“Iya, ada apa dek?” Jawabku lirih, Masih terbayang sakitnya pipi ketika harus menerima tamparan secara tiba-tiba oleh seorang yang tidak dikenal.

“Kak, ini..” sambil menyodorkan payung warna-warni yang sudah kotor dan lusuh. Warnanya sudah mulai pudar terkikis air yang menyapa setiap hujan.

“Maaf dek, kakak tidak perlu payung, kakak sedang menunggu angkot.” Penolakkan ini membuat dirinya semakin tertunduk.

“Kak..” Ucapnya semakin parau, terlihat jelas disudut matanya tersimpan pedih yang mendalam. Aku mengeluarkan beberapa lembar uang jajanku untuknya.

Tidak terduga, dia hanya menggelengkan kepala. Aku mulai bingung.

Ku coba menambahkan beberapa lembar lagi untuknya. Mungkin saja kurang. Tidak, ternyata dia tetap menolak pemberianku. Terus menggelengkan kepalanya.

“Baiklah, antarkan kakak ke toko yang disana ya, setelah itu kamu antarkan kembali kakak kesini”. Dia tersenyum, ada rona kebahagiaan jelas terlihat dari pipinya yang memerah.

Aku pun diantarkannya ke toko di sebrang tempatku duduk, kemudian kembali ke kesini.

Aku sodorkan beberapa uang lembaran, dia hanya mengambil selembar dariku.

“Terima Kasih ka!” dia berteriak dan berlalu begitu saja.

Aku memandanginya dari jauh sampai dia masuk ke sebuah warung nasi.
Dia keluar dan duduk di trotoar jalan, kemudian sayup terdengar memanggil teman-temannya.  
Di keramaian lalu lalang orang, tak ada yang sadar dan peduli bahwa ternyata satu bungkus nasi dari genggamannya itu untuk dimakan bersama. Bersama keenam temannya.

Gerimis pergi, pelangi menghampiri.  
Mereka tersenyum, “Ada makanan untuk hari ini...”


Mi, Grt-18 Feb 13 
Penasaran kisah selanjutnya?? Ayoo baca  Gerimis Untuk Pelangi - Kepingan 2


Penasaran? Yuk Baca Selengkapnya..